Minggu, 14 Februari 2010

Kapitalisasi Pendidikan




M.Syahril Rumagorong


Inilah hantu gentayangan dan vampire penghisap darah yang menjadi baying-bayang ketakutan dunia kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang digagas para Nabi dan manusia suci. Betapa tidak? Kapitalisasi pendidikan telah merubah paradigma dan orioentasi dunia yang satu ini ke arah yang berlawanan dengan spirit ilmu pengetahuan itu sendiri. Menyeretnya me-njauhi hakikat penge-tahuan sejati dan menye-lewengkan cara dan tuju-annya kepada uang dan harta benda. Jadi, pendidi-kan adalah usaha sadar yang dilakukan untuk merubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dan setelah tahu tidak tanggung-tanggung untuk mengkhianati pengeta-huan nya sendiri. Pendidi-kan bukan lagi alat untuk mencerdaskan man-usia warga bangsa, pendi-dikan juga bukan lagi alat untuk memerangi kemi-ski-nan,keterbelakangan, pen-yakit, korupsi, kolusi dan nepotisme, tapi pen-didikan telah dise-lewe-ngkan menjadi alat kaum pemodal dan pengidap penyakit materi-alisme untuk terus mem-perkukuh harta dan kekua-saan. Prinsip pendidikan yang oleh Paulo Freire disebut-sebutnya ajang untuk pembebasan man-usia itu malah menjadi alat penin-dasan. Semakin men-guku-hkan pikiran-pikiran pemo-dal birokrasi atas penye-lenggaraan pendidi-kan sebagai toko jualan sembilan kebutuhan po-kok, atau warung sontong dan pabrik indus-tri untuk memproduk barang yang ujung-ujung-nya adalah menghim-pun fulus untuk bikin mampus sesama. Seorang teman pernah mencerita-kan ana-knya baru-baru ini, saat he-ndak mengikuti tes masuk sebuah perguruan tinggi negeri di Makassar, pada jurusan kedokteran telah terjadi sebuah ajang kibul-kibulan orang dalam yang lalu menyulap lembaga itu menjadi wa-rung jual jasa. “Jika ingin untuk bisa diterima, sedia-kan uang tiga puluh juta rupiah untuk jadi pelicin” ujar seorang staf pengajar yang jadi panitia peneri-maan di situ, seperti dikutip teman saya. Coba anda renungkan, bagai-mana untuk bisa menjadi seo-rang mahasi-swa kedo-teran saja harus melewati jalur praktek gelap dengan keharusan untuk meme-nuhi perm-intaan uang sebanyak itu. Apakah ini akan menjamin, di kemudian hari ia akan tulus ikhlas melayani pasien-pasien-nya?. Ini hanya sebuah contoh betapa dunia pendidikan kita telah diperkosa habis-habisan oleh mereka yang rakus dan tamak terhadap harta duniawi sehingga melu-pakan tujuan asli pendi-dikan untuk melahir-kan manusia saleh yang kelak menjadi khalifah di bumi. Alih-alih mau jadi khalifah di bumi, menjadi khalifah untuk diri sendiri dan keluarga saja sudah tidak becus. Mereka selalu saja berbuat tidak jujur. Kena-pa? Kebanyakan uang yang diperoleh rata-rata masih berstatus abu-abu. Syari’ah Islam menyebu-tnya sebagi uang subhat, yang tidak jelas status halal atau haramnya. Jangankan itu, uang yang statusnya jelas-jelas ha-ram juga akan dipelintir sedemikian rupa sehingga seolah-olah menjadi uang halal, lalu diamankan di pundit-pundi keluarga, famili dan kroni untuk semakin memperkukuh imperialismenya di bidang pendidikan. Kampus-kampus dibuka dimana-mana dengan berbagai macam jurusan, tetapi out putnya tetap memiris hatidan membuat pesimis.
Hingga kapan praktek seperti ini akan berakhir? Padahal dari tahun ke tahun, periode ke periode masing-msing Mendiknas selalu menyodorkan for-mula dan programnya untuk dapat mencetak anak bangsa yang ber-kualitas, namun ironisnya kondisi di lapangan justru menja-dikan wajah pen-didikan kita sedih dan muram seperti gadis yang telah direnggut paksa kepera-wannya dan tinggal menyesali nasib yang tidak berguna. Inilah fenomena dunia pendidi-kan kita yang tengah kehilangan spirit dan ruhnya, dan hanya menyi-sakan bangkainya yang kosong lalu dikenakan ruh genderuwo dan setan alas bernama kapitalisme untuk semakin menyesatkan kehidupan di bumi, meny-engsarakan manusia dari masa ke masa, agar mereka manusia ini tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai wakil Tuhan di bumi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar